Kamis, 12 Juni 2008

Unsur Intrinsik Novel

Nama : TETTY NURHIDAYATI

NIM : 0701521

No. absent : 12

Kelas : Bahasa Indonesia

Unsur Intrinsik Novel

Judul : Seventeen (17 th)

Pengarang : Agung Bawantara

Penerbit : Gagasmedia

Tahun : 2005

Sinopsis :

Dua geng di SMU Garuda yaitu The Caredox Girls yang mengaku sebagai kelompok cewek mandiri yang beranggotakan Merpati, Rindang, Cintya dan Harva dan Geng Cokol alias Cewek Kolot yang beranggotakan Rio, Didom, Cacu dan Omet. Ke dua kelompok itu selalu saling menjahili, hampir dua tahun mereka berseteru, tidak ada yang mau mengalah. Pada akhirnya timbulah keinginan dari Rio untuk mendamaikan kedua kelompok ini. Akan tetapi niat Rio mengurungkan niatnya, dia mengambil kesempatan saat bertandang ke rumah Merpati untuk menyatakan perasaan hatinya. Akhirnya niat ingin mendamaikan berubah menjadi pertemuan yang menggabungkan dua orang komandan kelompok yang sedang berseteru.

Diceritakan seorang gadis bernama Susan berasal dari keluarga miskin. Ayahnya seorang pemabuk dan sering main judi. Ketika kehabisan uang, ia memanfaatkan kegadisan Susan anaknya untuk diperjual belikan kepada lelaki jahanam yang mempunyai uang banyak untuk membayarnya. Oleh karena itu Susan dipaksa oleh ayahnya untuk melayani setiap lelaki hidung belang yang menginginkan kepuasan. Sampai pada akhirnya Susan hamil dan berita tersebut diketahui oleh pihak sekolah. Berat menerima kenyataan, Susan berniat mengakhiri hidupnya. Namun Merpati berhasil mencegahnya. Ia menghibur Susan untuk tetap terus berjuang menjalani kehidupan. Selama 9 bulan Susan bersembunyi samapi pada akhirnya bayi nya pun lahir. Beruntung Susan karena masih ada seorang Lelaki yang mencintainya dengan tulus, mau menerima Susan apa adanya. Lelaki itu bernama Dika. Akhirnya Susan dan Dika pun menikah di usia 17 tahun.

Kutipan :

SEVENTEEN

Buah karya : AGUNG BAWANTARA

Merpati memang anak band dengan kepribadian yang unik. Ia adalah komandan grup The Caredox Girls yang beranggotakan Rindang, Harva dan Cintya. Gerombolan ini memproklamirkan diri sebagai cewek-cewek mandiri. Maksudnya, bisa mandi sendiri dan nggak tergantung sama yang namanya cowok. Kalau perlu, begitu ikrar mereka, semua kerjaan yang selama ini dianggap bagian cowok, harus diambil alih!

Hhhh! Merpati menghela nafas panjang. Jam-jam segini memang jadi jam-jam yang membosankan, benar saja tanpa sadar Merpati sudah ngelamunin Rio, komandan Geng Cokol alias “Cowok Kolot”, grup band yang cukup beken di sekolahannya. Selain Rio, anggota lain geng itu adalah Omet, Didom, dan Cacu.

Sayang, Geng Cokol musuhan sama The Caredox Girls. Permusuhan keduanya tergolong berat dan laten. Musuhan anjing sama kucing masih kalah seru disbanding permusuhan dua kelompok ini. Kalau anjing sama kucing ketemu, salah satunya (biasanya kucing) pastilah buru-buru melarikan diri. Kalau permusuhan para begundil ini, tidak! Dua grup ini bisa berantem habis-habisan dan nggak bisa dipisah sampai mereka kecapekan sendiri. Mungkin perumpamaan yang rada mirip adalah ibarat minyak jelantah ketemu air rebusan sayur di penggorengan yang lagi panas, pasti pletak-pletok, nyiprat ke sana kemari bikin geger.

Hampir saban hari kedua geng ini saling mengerjai geng musuhnya. Misalnya, suatu kali geng cokol ngejahilin The Caredox Girls dengan seplastik kumbang-kumbang kecil yang sudah dicelupin dengan jus udang campur kuning telur.

Merpati tahu, sebetulnya diantara Geng Cokol itu ada seorang yang belakangan ini sama sekali tidak pernah menyetujui dan melakukan kejahilan, meskipun seringkali ia ikut jadi korban dari kejahilan The Caredox Girls.

Masih cukup pagi . Jam seklah mulai masih lama. Omet, Didom, Cacu duduk berderet di atas beton yang melingkari papan SMU Garuda.

Jam istirahat. Susan duduk melamun sendirian di bawah pohon rindang di taman sekolah. Dengan ranting kering ia mengorek-orek tanah menuliskan kata-kata bernada kemarahan :”bangsat!”, “laknat!”, “najis!” yang segera dihapus begitu ada teman atau anak kelas lain mendekat. Setiap hari, aktivitas aneh itu dilakukannya berulang-ulang sampai jam istirahat habis.

Susan menyusur koridor sekolah menuju kelas dengan muka tertunduk. Langkahnya lebar-lebar dan cepat. Dibalik rambut lurus dan tergerai, wajah susan tampak merona merah karena marah. Mulutnya manyun seperti sungut. Beberapa orang yang menyapa atau mengomentari langkahnya tak ia hiraukan sedikitpun. Hanya satu yang ada dibenak: masuk kelas, ambil tas lalu pulang.

Tapi, tiba-tiba seseorang mencegat langkahnya tepat di tikungan menuju kelas. Ternyata Dika, cowok ganteng yang setengah mati mendambakan cinta Susan.

Matahari tepat di ubun-ubun. Aspal jalanan mendidih karena panas yang begitu terik. Didi berjalan di sebuah lorong dekat sekolah. Didi tak menyadari kalau tiga cowok berseragam SMU yang sedang nongkrong di tempat ketinggian dekat mulut lorong mengawasinya. Ketiga cowok itu langsung mengepung Didi.

“pahami api cinta dalam kehidupan

yang telah kuberikan untukmu

jangan kau coba berdusta

pada hati kecilmu untuk meyakini

mungkin satu yang belum kau pahami

hingga kau tetap ragu

percuma kau sembunyikan cinta …”

Di studio musik langganan mereka, Genk Cokol sedang asyik berlatih. Cacu menyanyikan lagu ciptaan Rio dengan nada memukau. Dengan penuh perasaan Rio mengiringi dengan petikan gitar yang mantap. Pada drum, Omet tampak trans mnegetuk-ngetukkan stiknya. Didom yang memegang gitarpun menimpali dengan betotan yang akurat.

Namun entah kenapa menjelang lagu terakhir, konsentrasi Rio menjadi bubrah. Petikan gitarnya melantur hingga lepas harmoni menyebabkan seluruh permainan jadi terhenti.

Mendapati hal itu, dengan kasar Omet mendrible drumnya untuk menumpahkan kekesalannya.

“Ngapain sih lo mikirin cewek jahil kayak kuntilanak itu?” sambut Didom.

Tak dinyana, Rio dengan heroic menyanggah ucapan temen-temennya. “sebenarnya Merpati itu nggak jahil. Kalian juga sih yang sering ngejahilin dia!”

Pada saat itu Omet bangkit dari tempat duduk dan berdiri sambil mengangkat stick Drum. Dengan lantang ia berucap: “Disaksikan oleh stick drum yang selalu mendentumkan setiap ketukan nurani kita.. Demi kecintaan kita pada musik, demi kesetiakawanan dan kebersamaan kita… jangan sampai kita terpisahkan karena jatuh hati pada si gendut Rindang, Harva, Cintya dan Merpati!”

Mendengar itu, DIdom dan Cacau langsung memegang stick drum di tangan Omet tanda sepakat.

Setelah tangan ketiganya saling berpegangan, mereka menoleh ke arah Rio untuk mengetahui reaksinya. Dengan lemas Rio terpaksa mendekat dan ikut memegang stick sebagai tanda turut berikrar.

Sementara itu, di studio band yang lain, Merpati dan gerombolan juga tengah seru berlatih. Sekian lagu telah mereka lewatkan. Saatnya istirahat sejenak untuk melepas lelah.

Tiba-tiba Cintya angkat bicara dengan tema yang sama sekali di luar dugaan.

“Eh, Mer! Gue tahu, Rio itu orangnya cakep, agak baik..,” ucapnya sambil memasukkan handuk ke dalam tas.

“Cuma, teman-temannya itu lho! Si Omet, Didom, Cacu semuanya bikin gue mau muntah, tahu nggak sih!”

“Buka mata lebar-lebar, Neng! Masih banyak kok cowok lain yang lebih ganteng!” sambung Rindang dengan tegangan yang tak mereda sedikitpun.

Sambil merebut stick drum dari tangan Cintya, Rindang terus bicara. Begitu kedua stick drum itu berada di tangan nya, Rindang berjalan ke tengah dan mengangkat stick tinggi-tinggi, lalu dengan lantang berucap: “Demi kecintaan kita pada musik… Demi kesetiakawanan kita… Disaksikan stick drum yang agung, yang menggelorakan setiap detak nafas kita. Inilah sumpah kita. Tidak akan pernah ada saat kita mencintai Omet, Didom, cacu dan … Rio!”

Harva memegang stick drum yang ada di tangan Rindang sebagai tanda turut berikrar. Cintya menyusul melakukan hal yang sama. Dengan berat hati, Merpati pun turut bergabung.

Hari itu, semakin kental permusuhan Geng Cokol dan The Caredox Girls!

Di depan kelas Merpati mendapati Cintya dan Harva yang tengah kebingungan menghadapi Rindang yang pasang muka cemberut. Rindang tak sedikitpun memberi reaksi ketika diajak bicara. Tak betah melihat Rindang begitu, akhirnya Merpati yang duduk di sebelah Rindang mengajukan pertanyaan straight to the point: ”Memangnya kamu tahu dari siapa kalau bokap lo mau kawin lagi?”

“Dari foto! Nih!” katanya sambil menunjukkan foto yang sudah disobek menjadis erpihan kecil-kecil.

“Hah! Ini kan Tante Wina!” merpati kaget setengah mati melihat sosok perempuan yang ada di dalam foto yang baru saja ia satukan itu.

‘Dia itu tante Wina, adik nyokap gue!’ Gue mesti ngomong sama nyokap gue!” kata Merpati membuat hati Rindang sedikit tentram.

Tok! Tok! Dika mengetuk pintu rumah Susan dengan rada ragu. Ibu susan datang membukakan pintu. “Mau nyari siapa, nak?”

“Selamat siang, Susan ada, Tante?” saya Dika, teman sekolahnya.”

“Ooo… Tunggu sebentar, ya. Ibu panggilkan dulu. Ayo, silakan masuk.”

Selama menunggu, Dika mengobral pandangannya ke seluruh ruangan, dari kiri ke kanan, lalu kembali lagi ke kiri. Tidak banyak waktu yang dibutuhkan Dika untuk merekam semua detil ruangan itu. Soalnya ruangan itu tak banyak berisi perabotan. Hanya kursi tamu dan beberapa dekorasi rumah yang sangat sederhana.

Ini adalah sebuah pemandangan ganjil yang pernah Dika lihat. Jika disuruh menduga bagaimana kondisi keluarga yang tinggal di rumah ini berdasarkan tata letak ruang tamunya, Dika akan merasa kesulitan.

Ini boleh dibilang keputusan yang nekat,. Seandainya Omet, cacu dan Didom tahu kalau Rio bertandang ke rumah Merpati di malam minggu, pastilah mereka kan mengguyur habis dirinya dengan ledekan dan umpatan, bahkan makian.

Tapi itulah kejadiannya. Malam itu Rio tengah berhadap-hadapan dengan Merpati, gadis cantik anggota The Caredox Girls, geng cewek yang menjadi musuh bebuyutan Geng Cokol. Sebagai anggota Geng Cokol, sesungguhnya sudah sejak lama ia menginginkan diberlakukan gencatan senjata dan penandatanganan ikrar perdamaian antara kedua kelompok yang nyaris selama dua tahun saling berseteru itu. Tapi, kondisi internal geng masing-masing masih belum memungkinkan untuk dibangun hubungan bilateral yang harmonis diantara keduanya.

Mudah-mudahan ini bisa jadi kunjungan diplomatik pertama yang membuka jalan ke arah perdamaian antara Geng Cokol dan The Caredox Girls, begitu pikir Rio sebelum berangkat tadi.

Tapi, ketika tiba di rumah Merpati, pikiran Rio jadi berubah 180 derajat. Kunjungan diplomatik yang semula bertujuan untuk mendamaikan kedua kelompok, berubah menjadi menggabungkan dua komandan. Jadi, suit… suit…!, Rio dengan terus terang mengungkapkan perasaan cintanya pada Merpati.

Setiap orang tentulah punya problematika sendiri-sendiri. Tapi Dika merasa tak banyak teman yang menghadapi problem sepelik yang ia hadapi.

Dika naksir seorang cewek bernama Susan. Ia melakukan pendekatan dengan cara-cara yang biasa digunakan orang yang jatuh cinta. Berkenalan, mengajak berbincang lalu mengungkapkan perasaan cintanya melalui surat. Tak ada yang aneh. Tak ada yang bertelbihan. Tapi, kenapa jalan cinta yang dia tempu menjadi begitu menjelimet?

Heeeeeeek! Suara itu begitu kencang merobek keheningan udara subuh di rumah Susan. Susan mual-mual lagi. Perutnya terasa melilit-lilit dan hendak menyemburkan seluruh isinya. Segera ia berlari ke kamar mandi untuk menumpahkan gas dan isi perutnya yang memebrontak. Ibu Susan yang mendengar suara gaduh itu, segerta datang menghampiri. Dipijat-pijatnya tengkuk Susan agar cairan yang hendak menyembur dari dalam lambung dapat keluar dengan lancar sehingga perut Susan cepat lega.

Tetap saja tak ada sesuatu pun yang keluar dari mulut Susan kecuali air liur yang mengental. Tahulah ibu Susan apa yang terjadi. Susan hamil.

Guru BP memmanggil Susan ke ruangan bimbingan dan konsultasi. Panggilan itu adalah iklan yang cukup ampuh untuk menyiarkan ke seluruh siswa bahwa Susan hamil.

Di pelataran gedung, para murid dan guru serta orang-orang tampak berkerumun. Mereka semua mendongak melihat ke puncak gedung dimana Susan berdiri dan siap untuk melompat.

Merpati berlari ke dalam gedung, lalu menaiki tangga menuju puncak gedung. Dihatinya hanya ada satu tekad yang menggumpal yaitu menyelamatkan nyawa Susan.

Susan menelungkup di pangkuan Merpati, sambil menangis ia menceritakan kisah hidupnya yang tragis.

“Lo harus tegar, san. Lo harus tetap sekolah buat ngewujudin cita-cita dan harapan lo.” Merpati menghiburnya sambil membelai-belai rambut susan.

Drai semua cerita yang ia beberkan dan akhirnya tersiar oleh media, ada satu hal yang penting yang ia simpan rapat-rapat. Sesuatu yang hanya Tuhan yang tahu, yakni cinta dan kekagumannya pada seorang cowok yang dengan tulus mencintainya. Cowok itu adalah Dika.

Tema : cinta dan kehidupan seorang gadis bernasib malang.

Tokoh & watak :

Ø Merpati : jahil, tengil, usil, slebor, cuek, perhatian.

Ø Rindang : lucu, keras.

Ø Cintya : setia kawan, suka jahil.

Ø Harva : penakut, cuek, lemot.

Ø Rio : cool, calm and conpident, konyol.

Ø Omet : penakut, polos.

Ø Didom : penakut, humoris, jahil.

Ø Cacu : jeli, meledek, penakut.

Ø Susan : misterius.

Ø Dika : tulus.

Ø Didi Rabbani : kutu buku, culun.

Ø Gaga : setia kawan.

Ø Pak Maman : perhatian dan bijaksana.

Ø Papa+Mama Merpati : baik, perhatian dan bijaksana.

Ø Kak Yuda : humoris, perhatian.

Ø Mbok Misem : rajin.

Ø Papa Rindang : humoris.

Ø Mama Rindang : sensitive, perhatian.

Ø Ayah Susan : kejam, keras.

Ø Ibu Susan : penyayang.

Ø Ari : baik,perhatian, setia kawan.

Ø Tante Wina : baik, jujur.

Alur : maju-mundur, maju.

Setting : Rumah Merpati, SMU garuda (kelas, di kantin, BP), rumah Susan, Rumah Rindang, studio band, SMU Pancasila, di jalan, Food Court.

Amanat : rasa cinta dan ketulusan hati mampu mengatasi segala kesulitan bahkan kematian sekalipun.

3 komentar:

Iswara mengatakan...

Apakah menurut Anda novel yang Anda kaji merupakan novel sastra yang mempunyai mutu tinggi?

Bagaimanakah kemungkinan pembelajaran novel itu di sekolah?

t_thie mengatakan...

Novel sastra yang saya baca memang kurang memiliki mutu yang tinggi tetapi menurut saya novel ini cocok diajarkan di Sekolah Dasar karena isinya mudah dipahami.
Pembelajaran novel di Sekolah Dasar tidak harus karya sastra bermutu tinggi, yang terpenting adalah anak mudah memahami karya sastra yang dipelajarinya itu dan diharapkan memberikan kontribusi yang positif setelah anak mempelajarai sastra.

my_lazuenk mengatakan...

makasih ya berkat kamu aq gak cape2 lg bkn tugas
gkgkgkgkgkg